PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM RANGKA MEWUJUDKAN DESA SUKOSARI BEBAS DARI TINDAKAN KEKERASAN SEKSUAL REMAJA
Keywords:
pendidikan karakter, kekerasan seksualAbstract
Permasalahan dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak pada saat ini telah mencapai kategori yang memprihatinkan. Pemberitaan baik dalam televisi maupun media massa seringkali meliput permasalahan kasus kekerasan seksual terhadap anak, dan bahkan tidak sedikit pula korban pada kasus tersebut tidak berani melaporkan sehingga kasus tersebut tidak dapat ditindaklanjuti. Salah satu penyebab terjadinya kasus kekerasan seksual yaitu kurangnya pendidikan karakter terutama pada pelaku tindak kekerasan. Oleh karena itu, dalam rangka mencegah terjadinya kasus kekerasan seksual, perlu dibentuk suatu konsep tindakan preventif untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan seksual terhadap anak dalam aspek pendidikan karakter. Pembentukan karakter yang baik akan sangat memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan sosial sehingga dapat menghindarkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan salah satunya yaitu menghindarkan dari tindakan kekerasan seksual terhadap anak. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dapat memberikan kesimpulan bahwa Penerapan Pendidikan Karakter dapat memberikan manfaat terkait dengan pemahaman dan tindakan remaja agar terbebas dari kekerasan seksual.
References
Alya, A. (2010). Ibu, dari mana aku lahir. Yogyakarta: Pustaka Grahatama.
Amrullah, A. (2020, October wednesday, 14). Republika. Retrieved March sunday,14, 2021, from https://republika.co.id/berita/qi6npr330/kemensos-kasus-kekerasan-anak- melonjak-saat-pandemi.
Astuti, S. W. (2017). Pendidikan seks pada anak taman kanak-kanak melalui metode permainan ular tangga “Aku Anak Berani.” Promedia, 3(2), 236–251.
Bekti Istiyanto, S. (n.d.). Pentingnya komunikasi keluarga: menelaah posisi antara menjadi wanita karir atau penciptaan keluarga berkualitas. I (2).
Castro, P. B. (2006). Global shadows: africa in the neoliberal world order, 44(2), 8–10. Devito,
J. A. (1977). Komunikasi antar manusia. Jakarta: Professional Books. Djamarah, S. B. (2004). Pola komunikasi orang tua dan anak dalam keluarga (sebuah perspektif pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Fauzi’ah, S. (2016). Faktor penyebab pelecehan seksual terhadap anak. UIN Alaudin Makasar. Gelles, R. &. (1985). Intimate violence in families. Beverly Hills: CA: Sage Publications.
Goestiana, W. (2019, April 11). Retrieved March Sunday,14, 2021, from Kumparan.com: https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/anak-korban-pelecehan-seksual-bisa- kecanduan-seks-di-usia-dini-1qrkJzG957a/full.
Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hadna, M. S., Santosa, P. I., & Winarno, W. W. (2016). Studi literatur tentang perbandingan metode untuk proses analisis sentimen di twitter. Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 2016 (Sentika), 57–64. https://fti.uajy.ac.id/sentika/publikasi/makalah/2016/95.pdf.
Handayani, M., Penelitian, P., Pendidikan, K., & Kemdikbud, B. (2017). Pencegahan kasus kekerasan seksual pada anak melalui prevention of sexual violence cases in children through interpersonal communication. Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD Dan DIKMAS, 12(1), 67–80.
journal.unj.ac.id/unj/index.php/jiv/article/download/2805/2091.
Huraerah, A. (2008). Kekerasan terhadap anak: fenomena masalah krisis di Indonesia (1st ed). Jakarta: Nuansa.
Islawati, I., & Paramastri, I. (2015). Program “jari peri” sebagai pelindung anak dari kekerasan seksual. Jurnal Psikologi, 42(2), 115. https://doi.org/10.22146/jpsi.7167.
Jatmikowati. (2015). A model and material of sex education for early-aged-children. Cakrawala Pendidikan, No. 03, 434–448.